Perjalanan "Lady Jazzy" Ermy Kullit
radiomayaID - Jika Ermy Kullit
bernyanyi jazz, hal itu adalah bagian dari profesionalismenya sebagai
penyanyi. Lingkungan dan naluri sebagai
penyanyi lah yang menjadikan Ermy akrab dengan lagu-lagu jazz.
Penyanyi
kelahiran Tonsea, Sulawesi Utara, 13 Mei 1955, menjadikan bernyanyi sebagai
hobi sejak usia dini. Lalu ia melangkah ke jalur lomba-lomba nyanyi mulai
tingkat SD sampai sekolah lanjutan atas.
Dan kemudian berlanjut sebagai
profesi. Pada waktu masih duduk di SMEA ia sudah mendapatkan honor sebagai
penyanyi di acara resepsi perkawinan.
Hobi, lomba, dan nyanyi di acara kawinan itu
menjadi sekolah nyanyi alami seorang Ermy Kullit. Dengan pengalaman itu semua,
pada tahun 1973, kala ia berusia 18
tahun, Ermy menapak ke dunia profesional sebagai penyanyi di Jakarta. Dia bernyanyi di klub-klub yang terkenal di
Jakarta saat itu seperti LCC, Tropicana,
Marcoplo. Bisa dibilang itulah “sekolah lanjutan” Ermy Kullit di dunia tarik
suara. "Sebagai penyanyi di nite
club saya harus bisa nyanyiin semua jenis musik. Dari lagu-lagu Elvis
(Presley), Nancy Wilson, Ella Fitzgerald, dan Sarah Vaughan," kata Ermy.
Dari klub-klub
itu ia banyak belajar tentang genre. Elvis adalah penyanyi rock n Roll, Nancy
Wilson adalah penyanyi soul, adapaun Ella dan Sarah adalah penyanyi jazz. Ketika tampil di LCC yang lokasinya di
kawasan Monas, Ermy tampil bersama dua home
band yang masing-masing dipimpin gitaris
jazz Sadikin Zuchra, dan Januar Iskak. Dari sanalah ia belajar segala jenis
musik itu. "Kalau kita nyanyi untuk dinner,
kita mainkan lagu-lagu jazz standar," tutur Ermy. Setelah itu, untuk
mengangkat suasana, Ermy akan menyanyikan lagu dengan irama cha-cha untuk mengiringi tamu yang berdansa-dansi.
Setelah itu ia bablas
ke Singapura, Kuala Lumpur, dan Bangkok. Di sanalah sepanjang kurun 1978--1981
ia banyak belajar tentang lagu-lagu jazz standar jenisnya "Autumn
Leaves" sampai "Fly Me to the Moon." Kembali ke Jakarta pada
awal 1980an, Ermy Kullit bergabung
dengan Ireng Maulana dan kawan-kawan. Ia tampil di Jaya Pubs, dan Labodega,
pub-pub yang dikelola Rima Melati dan suami Frans Tumbuan (alm). Di pub inilah
gaya jazzy Ermy makin terasah. "Kami menyanyikan lagu-lagu pop yang dibuat
jazzy," kata Ermy.
Berawal dari pertemuan dengan Ireng Maulana dan kawan-kawan itulah Ermy
membuat album jazzy di Granada Records yang sebagian besar akan diolah menjadi
seri album Timeless Hits oleh Warner.
Menilik perjalanan yang panjang, tampak benar Ermy bukan penyanyui instant. Jam
terbang lebih 40 tahun di pentas musik mengantarnya sebagai penyanyi matang di
usia 60 tahun.Suaranya yang empuk
merdu itu tetap terjaga, dan dirayakan
lewat seri album Timeless Hits ini.
Meski sebagian
orang mengenalnya sebagai penyanyi jazz, namun Ermy tetap dengan rendah hati ingin
dikenal sebagai penyanyi saja. "Saya tidak pernah menamakan diri sebagai
penyanyi jazz. Saya Ermy Kullit yang penyanyi saja..."
No comments